Kamis, 13 Februari 2020

Kita Sahabat


“Sahabat sejati adalah kesetiaan. Bila kita pandangi langit nampak oleh mu mentari yang bercahaya, ia selalu dan setia menyinari alam ini. Mentari tak pernah ingkar walau sedikitpun, ia taburi cahaya untuk melayani semua mahluk di atas muka bumi ini. Mentari adalah contoh sahabat sejati bagi semua mahluk di dunia ini.

“Sahabat sejati memberikan cinta, membangun ukhuwah serta memberikan kasih dan sayang, dalam do’a malamnya mengalir nama-nama sahabatnya, ia berani berkorban dan rugi untuk sahabatnya.

“Sahabat sejati tidak pernah mengharap balasan, tak dihitung budinya tak ditakar kebaikannya dan tidak ditimbang cintanya. Semuanya tulus dipersembahkan. Satu keinginannya, bila ia mencintai sahabatnya ia berharap Allah mencintainya pula”.

“sahabat sejati tak pernah menakar cinta dengan uang ataupun harta. Tak mengukur ukhuwah dengan selalu memberi, tak membagi kasih dan sayang untuk sebuah pujian. Namun itu ia berikan semua untuk satu harapan.

“Surga yang penuh kenikmatan adalah harapannya. Tidak kah kita tahu bahwa Rasul membagi cintanya, tak satupun sahabat yang tidak mendapatkannya, sehingga semua sahabat merasa diri merekalah yang paling dicintai oleh Rasulullah.

“Sahabat sejati menjaga aib sebenarnya, segala kebaikannya ia ceritakan dan segala keburukan dan kecacatan ia tutupi oleh sahabatnya. Memandang wajah mengingatkan kita pada keimanan, mendengar ucapannya menyejukan hati, menatap tingkah-tingkahnya mengingat kita tuk segera melakukan kebaiakan.

“Bersahabatlah dengan iman sebagai tiangnya, ikhlas sebagai pondasinya, cinta sebagai ikatannya, pengorbanan sebagai dindingnya, kasih dan sayang sebagai atapnya, dan jujur sebagai lantainya.

“Ingatlah! tidakkan kita jumpai sahabat sejati, bila kita sendiri tak belajar sejati.  

Kamis, 06 Februari 2020

Temui Bupati Pinrang PW GP Ansor Sulsel akan laksanakan Kaderisasi di Pinrang

Pimpinan Wilayah GP Ansor Sulsel didampingi Pimpinan Cabang GP Ansor Pinrang diterima oleh Bupati Pinrang H. Andi Irwan Hamid, S.Sos diruang kerjanya Kamis 6 Februari 2020 

Bupati Pinrang mengapresiasi aktifitas dan program kerja GP Ansor khusus nya di Sulawesi Selatan beliau berharap sinergi pemerintah dan Pemuda dalam membangun Daerah dan berharap ada ide dan terobosan dari pemuda dalam mengoptimalkan potensi lokal 

selanjutnya Pimpinan Wilayah GP Ansor menyampaikan kesiapannya untuk melaksanakan Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan, Kursus Banser Lanjutan dan Diklat Khusus Banser tanggap bencana pada tgl 26 -30 Maret 2020 di Pondok Pesantren Mazraatul Akhirah Kab Pinrang yg akan diikuti oleh Peserta dari PC GP Ansor SE Sulsel dan beberapa provinsi di Indonesia timur dan menghadirkan instruktur dan narasumber baik Provinsi maupun Nasional 

Ketua PW Ansor mempersiapkan pelaksanaan kegiatan ini sedini mungkin sehingga kaderisasi ini dapat menghasilkan kader kader unggul yg diharapkan bisa menjadi Pimpinan di setiap jenjang struktur organisasi

Rabu, 05 Februari 2020

Potong Rambutmu itu


“Kau jelek sekali! Kau lebih ganteng dengan rambutmu yang dulu: yang pendek dan rapi,” gombalan-gombalan yang menghantam telingaku.

Itulah beberapa ungkapan yang sering terdengar untuk jenis manusia berambut gondrong. Mulai dari dosen bawel, pacar rewel dan teman-teman ngeyel sering mengucapkan kata-kata yang senonoh tentang gondrong. 

Tak tahu apa sebabnya dan jika ditanyakan mulai historis teks dan konteksnya sama sekali tidak ada jawaban yang pasti dan memuaskan. Atau setidaknya bisa mencerahkan pikiran. Sama sekali tidak Bung.

Jika saya ditanya oleh orang tentang “siapa yang menginspirasimu gondrong” jelas saya akan menjawab ” bukan Gunawan Muhammad, Taufik Ismail, dan Sapardi Djoko Damono DKK Bung. 

Sabar dulu Bung! Setidaknya berikan saya waktu untuk menjelaskan kenapa saya memilih gaya rambut gondrong. Yang pertama jelas, rambut gondrong adalah bentuk perlawan. 

Tunggu dulu, perlawan yang saya maksud bukan melawan dengan hajar menghajar dengan menggunakan genggaman tangan Bung. Tetapi perlawan secara simbolik terhadap sistem yang membuat orang-orang yang berambut gondrong itu seolah-oleh sebuah hal yang menjijikan dan nista. 

Bung mungkin sudah tahu atau mungkin pura-pura tidak tahu tentang bagaimana tragedi yang dihadapi oleh orang berambut gondrong di masa Orba (Orde Baru). Kalau Bung tidak tahu, makanya baca! Jangan hanya jalan- jalan meluluk! Dan jangan pacaran memuluk! Setidaknya luangkan untuk membaca.

Bung tahu bagaimana aparatus negara yang mensuifing orang-orang berambut gondrong? Dan aparatus negara itu malah membuat Bakorperagon (Badan Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong) yang menurut otak dungu saya teramat lucu. Mereka bilang rambut gondrong itu preman! Padahal tidak saudara! Rambut gondrong itu bentuk perlawan. Bung tahu itu?

Anehnya, PANGKOPKAMTIB (Panglima Komando Permulihan Keamanan dan Ketertiban) tertanggal 1 Oktober 1973 dalam sebuah perbincangan di TVRI, menyatakan bahwa rambut gondrong membuat pemuda menjadi Onverschillig alias acuh tak acuh. Sehingga pernyataan ini menjadi alasan pembenaran atas tindakan anti rambut gondrong. 
Bung kejadian itu, dimulai era 1960-an, di Amerika Utara dan Eropa berkembang budaya tandingan atas dominasi yang dimotori oleh anak-anak muda. Di Amerika Serikat sendiri, gerakan hak sipil kulit berwarna, gerakan perempuan, gerakan orang-orang hispanik dan penduduk asli Indian, menjadi cara bagi generasi muda menentang budaya dominan dan tatanan sosial mapan yang dibangun setelah Perang Dunia II. Selain itu, munculnya perang dingin antara dua blok kekuatan usai Perang Dunia II: Amerika vs Uni Soviet yang menumbuhkan kejenuhan dan semangat damai anti perang di kalangan anak muda Benua Amerika dan Eropa.

Kemudian kaum Hippies  muncul sebagai sebuah gagasan tentang cara hidup atau cara pandang alternatif atau berbeda dengan kehidupan yang dominan berlaku pada saat itu. Akibatnya kaum hippies menjadi mudah dikenali karena secara kasat mata dapat dilihat dari penampilannya yang eksentrik: rambut panjang, jenggot yang dibiarkan tak dicukur, pakaian longgar aneka warna, sandal, kalung, gelang dan perempuannya tidak memakai bra. Sangar toh?

Pada Akhirnya apartus negara mulai membaca kejadian seperti ini akan terjadi di Indonesia. Akhirnnya masuk ke Indonesia dengan gaya hidup bohemian, dan hal ini tidak diterima oleh pemerintah sebab dianggap mengganggu ketentraman umum.

Bahkan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud dalam harian Suara  Karya, 22 Januari 1972, mengatakan “Meskipun bagsa Indonesia terkenal ramah tamah, tetapi terhadap hippies tak perlu ramah dan pada waktunya nanti akan dilarang,” ungkapnya.
Tidak hanya aparatus negara yang menginginkan pelarangan atas rambut gondrong, namun media yang secara halusnya mencitrakan dalam beritanya tentang orang berambut gondrong sangatlah tidak bermoral dengan memberitakan kejelekan dari orang berambut gondrong. 

Akibat dokmatisasi dari Orba ini, orang berambut gondrong sampai saat ini dianggap tidak baik, senonoh, amoral, tidak berpindidikan dan masih banyak lagi hujatan atas orang berambut gondrong.

Namun ketika melihat teman saya dan kebetulan teman-teman saya lebih dominan berambut gondrong bahkan lebih peduli kepada petani, rakyat miskin, teman dan alam. Naah beda dengan cowok-cowok hits yang pernah saya temui yang lebih senang mengurus IPK, jalan-jalan, pacar dan segala tetekbengek yang tidak penting.

Alasan yang kedua tentang “kenapa memilih rambut gondrong?” Yaa jelas Bung! Saya ingin melestarikan budaya leluhur saya yang dulu gondrong. Mulai dari bapak, kakek dan buyut-buyut saya adalah para gondrongisme sejati. Bukan hanya itu Bung! Nabi saja dulu gondrong! Seperti ungkapan kyai yang sampai sekarang saya hormati “Nabi dulu rambutnya sampai pundak,” ungkap beliau.

Naah sampai “pundak” itu gondrong Bung! Jika kau menyalahkan kata-kata itu! Silahkan kau debat sama Kyaiku biar kau dimaki-maki! Mampuslah kau!

Ooh iya Bung! Para wali songo juga banyak gondrong. Jika kau tak percaya! Makaknya BACA!

Jika pemikiran Bung masih seperti itu, berarti pikiranmu masih pemikiran lama dan perlu kiranya didenkontruksi oleh supaya lebih bugar. Bergini Bung! Dari zaman bahuela hingga zaman bahenol seperti zaman habib-habiban ini, orang berambut gondrong sama saja gayanya: lambutnya panjang. 

Kalau dikatakan orang berambut gondrong itu tidak baik dan segala macam hinaan atasnya, itu tidaklah benar. Naah, coba saja kau lihat Si Ahok, Ganjar dan Sultan DIY sekarang, mereka itu tidak gondrong, rapi dan wangi. Namun mereka bajat toh? Mereka senang menindas rakyat kecil demi kepentingannya semata. 

Saya harap Bung tak merasa dihina, karena itulah realitasnya. Orang rambut gondrong itu, yaa, baik juga kok ukhti dan akhit. Saya juga bukan bermaksud rasis atau apalah namanya dalam dunia perambutan, saya juga tidak membela orang yang berambut gondrong karena mereka sudah membela diri mereka sendiri kok dengan rambutnya dan saya juga tidak menghina dan memarjinalkan orang yang tidak gondrong. Sebab gondrong dan tidak gondrong itu pilihan Bung! 

Masih kau menghina rambut gondrong Bung? Jika kau menghina hati-hati saja! Entar kau jatuh. Pasti sakit bokongmu. Itu saja sih